Pemuda adalah aset paling berharga yang dimiliki
oleh Indonesia. Sayangnya para generasi muda terkadang tak mau ambil pusing dan
cenderung acuh terhadap kondisi lingkungan dan kondisi bangsa kita sekarang ini.
Pertanian, rasanya menjadi sektor yang cenderung dijauhi bahkan mempunyai image yang cukup buruk di mata pemuda
Indonesia, mereka menganggap pertanian
itu bau pupuk, panas matahari, capek,
kotor, letih karena harus menunggu berbulan-bulan hingga mencapai masa panen.
Tentu kita tak bisa diam saja melihat keadaan ini. Jadi, bagaimana mengakrabkan
pertanian dengan generasi muda? Mari pikirkan bersama.
Petani kita yang paling muda rata-rata berumur 35-40
tahun selebihnya adalah kakek-kakek, data tersebut didapat dari hasil wawancara penulis
dengan para petani serta stackholder
terkait pada salah satu daerah yang menjadi sentra sayuran di Lembang-Bandung
Barat. Sedangkan para pemudanya lebih memilih menjadi seorang kuli bangunan,
menjadi tukang ojeg atau yang paling memprihatinkan adalah tidak punya profesi.
Bukan karena keterbatasan lahan untuk dijadikan lahan budidaya pertanian, tapi
tidak adanya motivasi untuk mereka memulai usaha dibidang pertanian.
Bila kita bicara tentang Pertanian-Hortikultura,
khususnya sayuran memang serasa kita sedang menempuh jalan di pegunungan yang
berliku dan berbatu namun pada akhirnya pasti kita akan sampai dipuncaknya yang
sejuk, damai, dan memberikan rasa puas secara batin. Karena pertanian
mengajarkan kita untuk lebih menghargai proses, saling menyayangi dan saling
menghargai. Selain alasan yang sifatnya membangun watak dan moral tadi,
pertanian juga mengharuskan kita untuk lebih hemat dan bijak dalam menggunakan
uang. Dan melatih kreatifitas kita dalam membudidayakan tanaman yang potensial
untuk memberikan kita keuntungan secara financial.
Lebih jelasnya adalah karena pertanian itu harus
melewati tahap demi tahap untuk sampai pada masa panen, menyayangi bukan kepada
sesama manusia saja tetapi pada tanaman, karena semua yang ada didunia ini
adalah mahluk Tuhan. Menghargai tanaman, agar tanaman itu kelak akan berharga
bagi kita. Sedangkan untuk hasilnya paling sebentar satu bulan untuk komoditi
tertentu mencapai masa panen, dan yang paling lama adalah dari dua, tiga,
sampai lima bulan. Itu mengharuskan kita untuk berfikir dan mengatur keuangan
kita secara proporsional, serta bagaimana menghemat dan membagi uang untuk
usaha pertanian kita dan kebutuhan pribadi. Mengatur siasat dan strategi dalam
mengambil keputusan untuk memilih komoditi sayuran mana yang harus di budidayakan
dan potensial untuk memiliki harga jual yang tinggi tepat pada waktu panen tiba.
Pertanian, khususnya sayuran sangatlah potensial untuk menjadi salah satu komoditi yang akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia, mengingat semua orang didunia ini pasti membutuhkan sayuran sebagai sumber vitamin dan gizi mereka, dan di Indonesia semua jenis sayuran dapat tumbuh dengan baik.
Pertanian, khususnya sayuran sangatlah potensial untuk menjadi salah satu komoditi yang akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia, mengingat semua orang didunia ini pasti membutuhkan sayuran sebagai sumber vitamin dan gizi mereka, dan di Indonesia semua jenis sayuran dapat tumbuh dengan baik.
Pertanian memang memerlukan proses dan itu tidak
sebentar, tapi akan semakin lama lagi jika kita hanya berpangku tangan tanpa
berbuat apa-apa. Meskipun semua orang tahu banyak hal yang akan menguntungkan
jika saja kita lebih membuka diri terhadap pertanian.
Pribahasa kita mengatakan bawa “Tak Kenal Maka Tak Sayang” mungkin inilah alasan pertama generasi muda kita asing
dan cenderung menjauhi pertanian, mereka tak tahu pertanian secara utuh,
tentang hubungan antara petani dan alam, petani dengan manusia lainnya.
Bayangkan! bila dalam sepuluh tahun kedepan dikehidupan kita tak ada lagi
petani yang menyediakan makanan bagi kita! Maka dari itu berprofesi sebagai
petani muda itu adalah mulia. Selanjutnya adalah kata “Lama” yang menjadi
alasan pemuda Indonesia menjauhi pertanian karena pemuda masa kini lebih
menginginkan sesuatu secara instan tanpa proses, perjuangan dan pengorbanan.
Padahal kalaupun mereka mencapainya tanpa melalui proses, perjuangan dan pengorbanan
maka keberhasilannyapun secara instan akan sirna pula. Berbeda jika kita mau
berjuang terlebih dahulu, bukankah para pendahulu kita mengajarkan dimikian?
Bagi mereka proses dilakukan dengan mengorbankan nyawa dan menumpahkan darah untuk
kebebasaan kita. Sekarang kita hanya perlu berfikir secara kritis, peka
terhadap segala sesuatu yang menyangkut masa depan kita dan Negara kita
tercinta.
Pertanian, Indonesia, dan Petani merupakan
tiga elemen yang tidak dapat dipisahkan maka dari itu mulai dari diri sendiri,
tindakan nyata lebih penting dari pada pemikiran yang brillian. Dan dari poin
demi poin yang telah tertulis akan diwujudkan untuk pertanian dan Indonesia.
Tak ada perjuangan tanpa darah dan keringat yang menetes, maka bersiaplah semua
yang kita butuhkan telah tersedia Negara kita ini. masa depan para pemuda yang
cerah adalah gambaran masa depan Indonesia di masa mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar